16 Agustus 1945, Besoknya Kita Merdeka

Merdekaaa...!!! Merdekaaa...!!! Merdekaaa...!!!


Sebelumnya, tulisan ini sama sekali tidak ada unsur mengajak para readers untuk berdebat perihal sejarah. Tulisan ini tak lain hanyalah ingin mengingatkan bahwa kita semua tidak boleh menerima produk sejarah sebagai paketan yang sudah jadi atau suci tanpa ada proses kemanusiaan. Hal inilah yang selama ini terlupakan oleh kita semua, sehingga dalam memperingati 17 Agustus kita melupakan proses sebelumnya. Tak terpikir oleh kita bahwa tanpa sebuah proses, sebuah produk tidak akan bisa jadi.

Saya sangat yakin, apabila diantara kita ditanyai "apa yang terjadi dengan 17 Agustus 1945?" pasti terbayang oleh kita pada kemerdekaan Indonesia. Bagaimana dengan sehari sebelumnya? tentu mayoritas berbayangan kabur dan minoritasnya teringat peristiwa perkelahian antara kaum muda yang menginginkan Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dengan kaum tua yang masih bersedia untuk menunggu kesiapan  serta situasi yang lebih kondusif. Tak hanya itu, mungkin ada juga yang membayangkan peristiwa Rengasdengklok.

Tentu kita tak pernah merasakan situasi yang sangat menegangkan pada hari itu, kita pastinya tidak pernah tahu bagaimana kronologis yang mendorong para pemuda sehingga mempunyai inisiatif untuk mendesak golongan tua agar segera memproklamirkan kemerdekaan. Tak diragukan lagi bahwa kita hanya bermodal catatan sejarah, lebih tepatnya catatan sejarah yang jarang dikenal penulis sejarah itu sendiri.

Berdasarkan fakta yang dapat kita lihat dan rasakan bersama, bahwa kita telah dihidangkan catatan sejarah bahwa Indonesia lahir tanggal 17 Agustus 1945. Dan kita telah menerima itu sebagai sebuah paketan yang sudah jadi, tanpa memikirkan hari sebelum kemerdekaan Indonesia. Sungguh banyak yang melupakan kejadian di balik itu semua.

Tidak jarang pula banyak yang masih menganggap bahwa proklamasi yang menjadi penanda mulainya perjuangan bersenjata untuk mempertahankan status merdeka. Padahal sama sekali tidak benar bahwa Indonesia lahir dan bisa berdiri karena kekerasan dan peperangan. Indonesia lahir dan bisa berdiri karena terdapat pergerakan lain, seperti pergerakan organisasi dan pergerakan intelektual.


Mari kita menyanyikan lagu kemerdekaan Indonesia untuk memperkuat ingatan kita kembali akan sejarah kemerdekaan Indonesia

Hari Merdeka
Cipt : H. M. Husein Mutahar

Tujuh belas agustus tahun empat lima 
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia 
Merdeka

Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan 
Kita tetap setia tetap sedia
Mempertahankan Indonesia 
Kita tetap setia tetap sedia
Membela negara kita


Siapakah sosok dari pencipta lagu tersebut?

Pencipta lagu Hari Merdeka bernama H. M. Husein Mutahar atau lebih biasa disebut H. Mutahar. Ia merupakan seorang habib yang dilahirkan di Semarang, 5 Agustus 1916.

Mutahar memulai sekolah di Europese Lagere School (ELS), dilanjutkan dengan sekolah Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs (MULO) setingkat SMP di Semarang. Setelah itu ia melanjutkan Algemeen Midelbare School (AMS) setingkat SMA dengan memilih jurusan Sastra Timur, khusus bahasa melayu, di Yogyakarta.

Lulus dari sekolah itu, ia mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada, jurusan hukum merangkap jurusan sastra timur. H. Mutahar juga aktif di gerakan kepanduan Indonesia. H. Mutahar juga merupakan sosok di balik penciptaan lagu Hymne Pramuka. Namanya juga terkait dalam pendirian dan pembinaan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

H. Mutahar tidak menikah, namun mempunyai 8 anak angkat, 6 laki-laki dan 2 perempuan. Dari anak-anak tersebut, H. Mutahar mempunyai 15 orang cucu. Dalam riwayat karirnya, H. Mutahar pernah menjadi Duta Besar RI di Vatikan. Ia juga pernah menjadi ajudan presiden dan sekretaris panglima Angkatan Laut RI. Jauh sebelumnya, pada tahun 1943-1948, H. Mutahar menjadi pegawai Rikuyu Sokyoku atau Jawatan Kereta Api Jawa Tengah Utara di Semarang.

H. Mutahar meninggal dunia pada 9 Juni 2014 di Jakarta saat usianya hampir 88 tahun akibat sakit tua. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
  

Sungguh sangat besar pengorbanan para pahlawan kita dalam memperjuangkan bangsa ini, maka oleh sebab itu kita sebagai generasi penerus sudah sepantasnya untuk menghargai jasa para pahlawan dengan cara yang sangat sederhana namun berarti yaitu, mengingat perjuangan mereka dan juga mencintai Indonesia serta selalu setia dan tetap sedia mempertahankan Indonesia seperti yang telah tercantum dalam lirik lagu di atas.


Dirgahayu Republik Indonesia Ke-74




Sekali Merdeka Tetap Merdeka!
Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!! 

*Jangan lupa ikut upacara dan juga berteriak keras "Merdeka!" pada saat karnaval, hehehe...






1 Response to "16 Agustus 1945, Besoknya Kita Merdeka"

  1. Memang besar perjuangan para pahlawan untuk negeri kita. Kita harus tiru semangat perjuangannya

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2